Bismillahirrahmanirrahim
Kenapa perkara Muhammad jauh
daripada engkau wahai 'Amru? Sedangkan aku tahu keunggulan akalmu dan
pandanganmu yang jauh ke hadapan. Demi Allah, dia benar-benar Rasulullah
yang diutus kepada kalian khususnya dan kepada semua manusia umumnya."
Saat keadaan orang Islam semakin sulit, penyiksaan demi penyiksaan,
cercaan demi cercaan.. Mencari tempat baru untuk berlindung
sangat-sangat menuntut agar Baginda segera berikhtiar. Habsyah, inilah
tanah yang merakam jejak hijrah pertama bagi menyusun strategi dakwah
Ilahiyyah.
Ingatkah kita tentang perbualan yang berlaku di antara Raja Najasyi dan Amru b. Ash?
"Kenapa perkara Muhammad jauh daripada
engkau wahai 'Amru? Sedangkan aku tahu keunggulan akalmu dan pandanganmu
yang jauh ke hadapan. Demi Allah, dia benar-benar Rasulullah yang
diutus kepada kalian khususnya dan kepada semua manusia umumnya.". Tanya Raja Najasyi.
Amru b. Ash pun berkata kepadanya, "Apakah engkau mengatakan hal seperti itu wahai Raja?"
Raja pun menjawab, "demi Allah, taatilah aku wahai Amru, dan berimanlah kepada Muhammad dan kebenaran yang dibawanya."
Inilah kata-kata yang ditinggalkan oleh Raja kepada Amru sebelum Amru meninggalkan kota Habsyah. Ternyata, pertanyaan ini benar-benar membekas di hati Amru.
Ketika berlakunya hijrah pertama,
'Amru bukanlah di pihak kaum Muslimin. Islam masih belum menjadi
anutannya. Bahkan sama sekali tidak terlintas baginya untuk berpaling
dari agama turun temurun bapa dan nenek moyang tanah Arab ketika itu.
"Beberapa orang kaum kami telah
keluar dari agama bapa dan nenek moyang mereka. Mereka membuat agama
baru. Kaum Quraisy mengutusku untuk memohon izinmu untuk memulangkan
mereka kepada kaumnya, supaya kaum Quraisy mengembalikan mereka ke agama
mereka". begitu diplomasi Amru saat menyatakan niatnya menghadap Raja Najasyi.
Kenapa kisahnya ingin saya bawa pada entri kali ini? Bahkan fokus kepada peristiwa hijrah pertama.
Ya, kerana perbualannya dengan Raja
Najasyi mengandungi sejuta hikmah bagi mereka yang mengaku memiliki akal
yang sihat lagi cerdas. Akal yang sempurna dan tahu membezakan yang
benar dan salah. Ingin saya ulang pertanyaan si Raja kepada Amru.
"Kenapa perkara Muhammad jauh daripada
engkau wahai 'Amru? Sedangkan aku tahu keunggulan akalmu dan pandanganmu
yang jauh ke hadapan. Demi Allah, dia benar-benar Rasulullah yang
diutus kepada kalian khususnya dan kepada semua manusia umumnya.".
Amru b. Ash memiliki kecerdasan akal
dan pemikiran yang jauh ke depan. Sudah cukup terkenal dalam kalangan
kaum Quraisy, bahkan Raja Najasyi juga mengiktirafnya. Dialah antara
sahabat Nabi s.a.w. yang benar-benar menggunakan kecerdasan akalnya
untuk berfikir. Sekembalinya Amru dari Habsyah, hatinya kerap
mengajaknya untuk segera bertemu dengan Rasulullah. Namun, hajatnya
terbatas, beliau tidak ditakdirkan untuk bertemu Baginda. Hinggalah ke
tahun 8 Hijrah, Allah melunakkan hatinya untuk Islam lalu bertemu dengan
Rasulullah di Madinah dan berbai'at kepada Baginda.
Sejak pertemuannya dengan Raja Najasyi
hinggalah 8 tahun selepas hijrah, ada getar rasa yang menggugah dan
menjentik hatinya. Terpukul dengan pertanyaan si Raja yang mengetuk
akalnya untuk berfikir lantas menggetarkan hatinya. Benarlah, agama
hanif ini menjaga akal daripada terpesong dari kebenaran. Fikirlah dan
renunglah!!
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah daripada hamba-Nya ialah ulama.”
(Fathir: 28)
Ada ahli tafsir yang menafsirkan "ulama" dalam ayat ini sebagai mereka yang memiliki ilmu kebesaran dan kekuasaan Allah.
Menggunapakai tafsiran ini, bukankah kita memiliki ilmu ini? Orang-orang
yang telah mengimani Allah sebagai Pemilik alam dan Pencipta segala
isinya?
Pandanglah segenap alam bahkan pada diri kita sendiri...Bukankah terlalu sarat dengan bukti kekuasaanNya?
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami
di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, hingga jelaslah bagi
mereka bahawa Al-Qur'an itu adalah benar."
(Fussilat: 53)
Mengaplikasikan ilmu Maqasid As-Syariah Al-Islamiyyah, ada 3 hal yang
harus diperhatikan untuk benar-benar berguru dengan alam ini sehingga
melihat betapa Islam menjaga akal manusia melalui pendidikan. Bahkan
melindungi akal daripada terpesong.
1- Memandang kebesaran Allah melalui fakta-fakta alam.
Lihatlah olehmu alam yang tersergam indah ini..Siapakah Penciptanya? Yang tiada cacat sedikitpun..
"Dialah yang telah mengaturkan kejadian tujuh petala langit yang
berlapis lapis. Engkau tidak dapat melihat pada ciptaan Allah yang maha
pemurah itu sebarang keadaan yang tidak seimbang dan tidak munasabah (
jika engkau ragu-ragu ) maka ulangilah pandanganmu. Dapatkah engkau
melihat sebarang kecacatan?Kemudian ulangilah pandanganmu berkali-kali
nescaya pandanganmu itu akan berbalik kepadamu dengan hampa ( daripada
melihat sebarang kecacatan ), sedang kamu pula berkeadaan lemah lesu (
kerana habis tenaga dengan sia-sia )"
(Al-Mulk :3-4)
Kamu dan aku, sudah sama-sama mengetahui jawapannya, bukan?
Mari kita lafazkan pujian kepadaNya.
فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
"Maka Maha Suci lah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik"
(Al-Mu'minun: 14)
2- Teruskan pengembaraan mencari ilmu dengan bertafakkur, merenung penciptaan-penciptaan Allah.
Apa itu tafakkur? Tafakkur adalah kita merenung di sebalik sesuatu kejadian (think behind of the fact). Kenapa Allah menciptakan itu dan ini..Bagaimanakah untuk aku manfaatkannya dalam kehidupan realiti ini?
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka."
( Ali Imran: 190-191)
Keep thinking!!
Ayat inilah yang menyentak pancaindera kita agar tidak sekadar tahu kebesaran Allah, tapi bertindak, mengambil mesej dari ayat-ayat kauniyah
ini. Tafakkur ini jugalah yang membezakan seseorang yang hanya tahu
dengan memiliki ilmu dengan orang yang beramal dengan ilmunya..
Semoga kita sentiasa berusaha untuk menjadi orang-orang yang mahu dan
akan menterjemah ilmu kepada amal..Tidak hanya membeku dan gah melalui
lisan.
3- Berfikir menggunakan methodology atau cara berfikir yang betul
Orang-orang Israiliyyat, tidak dapat disangkal bahawa mereka benar-benar
bersungguh mempelajari ilmu-ilmu Islam. Tapi sayang, niatnya mahu
menghentam Islam kembali dan menyebarkan fitnah-fitnah agar orang-orang
Islam keliru dengan agamanya sendiri.
Bagi kita, seharusnya melihat segala sesuatu itu dari kaca mata Allah. Allah-oriented, ukhrawi-oriented..Melihat dan merenung penciptaanNya dalam rangka mendekatkan lagi diri kepada Allah.
Merenung alam pun boleh dekatkan diri dengan Allah? Bagaimana mungkin?
Cubalah...dalam memandang dan merenung, hadirkanlah Allah dalam
hati..dan merasakan kebesaranNya hingga menembus sang hati..Sangat
berbeza orang yang memandang sesuatu dengan mata ('ain) dengan orang yang memandang menggunakan mata hati (bashirah).
Merenung menjadikan kita lebih merendahkan diri kepada Allah (tawadhu') dan bukannya berperilaku sombong (takabbur).
Ingat kata-kata Iblis yang enggan tunduk memberi penghormatan kepada
Nabi Adam a.s.? Ingatkah kita juga kata-kata yang terpacul keluar dari
lisan Qarun atas nikmat yang Allah kurniakan ke atasnya?
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di
waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau
ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah."
(Al-A'raf: 12)
Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada
padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah
membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak
mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa
itu, tentang dosa-dosa mereka.
(Al-Qashas: 78)
"Kerana aku dari api dia dari tanah!" dan "Kerana ilmu yang aku
miliki!". Sombong, inilah penyakit hati yang menjadikan mereka semakin
jauh dari rahmat Allah.. Na'udzubillahi min dzalik. Ayuh, kita perbaharui niat kita kembali atas nikmat-nikmat yang Allah berikan ke atas kita.
Akal, suatu kurniaan agung ke atas manusia. Bahkan lebih hebat daripada
Mr. Google, Mr. Yahoo dan seangkatan dengannya. Kenapa? Kerana yang
menciptakan semua itu juga hasil daripada buah fikiran yang dikerahkan
oleh akal manusia. Dan tidaklah berlaku semua itu melainkan dengan ilham
dan cetusan idea dari Allah..Yang memudahkan segala sesuatu.
Pokok pangkalnya, sejauh mana akal ini diselarikan dengan kehendak
Allah..Ilmu yang dimilki ternyata belum diterjemah membuahkan amal.
Sedangkan, betapa banyaknya ilmu yang kita ada..Usah jauh-jauh melihat
kepada imu-ilmu furu' (cabang), tapi fokuslah kepada yang usul
(inti)..Yang wajib sebelum sunnah apatah lagi mubah..Kenapa? Inilah
persoalan yang harus setiap dari kita jawab segera. Risau, hati itu
lambat laun akan menjadi keras dan "immune" dengan peringatan-peringatan
Allah..
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan
janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab
kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka
menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang
fasik."
(Al-Hadid: 16)
Semoga Allah mengurniakan hidayah ke atas diri kita..Hidayah yang
menyuluh mata hati untuk berubah dan tunduk kepadaNya dan bukannya
kepada makhluk.
Wallahu a'lam.
*Aku juga insan hina..yang masih
terlalu banyak untuk dimuhasabahkan..ilmu yang masih membeku dan belum
melebur membuahkan amal..
Read More..